Ever wonder?

Islam...

Do you really know what it it?

Ever wonder?

  • why a nun can be covered from head to toe and she’s respected for devoting herself to God, ...and when a Muslimah does that she is “oppressed”?

  • Why a Jew can grow a beard and he’s just practicing his faith, ...and when a muslim does that he ‘s extremist?

  • When a western woman stays at home to look after the house and kids she’s sacrificing herself and doing good for the household, ...but when a muslim woman does so, she “need to be liberated”?

  • Why is it that when a child dedicates himself to a subject, he has POTENTIAL, ..and when a child dedicates himself to Islam, he is HOPELESS?

  • When a Christian or Jew kills someone, Religion is NOT mentioned, but when a muslim is charged with a crime, it is Islam that goes to Trial?

But then again, ....

Why is it after all that Islam is still the FASTEST growing religion in the WORLD?

Showing posts with label ilmu. Show all posts
Showing posts with label ilmu. Show all posts

Monday, March 15, 2010

Luar Biasa Gilanya Ketika Artis dan Pemain Bola jadi Idola

Begitu gandrungnya dan tergila-gila seseorang dengan artis dan pemain bola yang cakep sehingga foto dan poster mereka pun disimpan dan dipajang. Ketika bertemu dengan mereka pun ingin dicium dan dipeluk. Inilah orang yang sudah tergila-gila dengan idolanya. Sampai-sampai kecintaan ini pun mengalahkan kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya. Walaupun adzan dikumandangkan, karena si artis idolanya yang sedang tampil di TV, seruan kebaikan pun tidak dipedulikan. Luar biasa gilanya.

Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

مَا أَعْدَدْتَ لَهَا

“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

Orang tersebut menjawab,

مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,

فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

Anas pun mengatakan,

فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

Itulah keutamaan orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang sholeh, pelaku kebaikan yang masih hidup atau pun yang telah mati. Namun, kecintaan ini dilakukan dengan melakukan perintah Allah dan Rasul-Nya, menjauhi setiap larangan dan beradab sesuai yang diajarkan oleh syari’at Islam. (Lihat Syarh Muslim, 8/483)

Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai, diidolakan dan diagungkan adalah para artis dan pemain bola? Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”.

Ditegaskan pula dalam riwayat Thobroni dalam Mu’jamnya, dari ‘Aisyah secara marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),

لَا يُحِبّ أَحَد قَوْمًا إِلَّا حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْم الْقِيَامَة

“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat nanti.” (Lihat ‘Aunul Ma’bud, 11/164, Asy Syamilah). Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang pelaku maksiat atau orang-orang kafir[?]

Jadikanlah idolamu dan tambatan cintamu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, Umar, Utsman, para sahabat lainnya, dan orang sholeh bukan para artis, pemain bola dan pelaku maksiat lainnya.

Realisasikan cintamu dengan mengikuti jejak mereka (orang-orang sholeh) dalam setiap perkataan dan perbuatan. Baca artikel lainnya berikut ini.

Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita bersama para Nabi, shidiqin, syuhada dan orang-orang sholeh.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

****
Mediu-Jogja, sore hari, 3 Jamadil Awal 1430 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Friday, March 12, 2010

Pokok-Pokok Segala Kebaikan Dunia

Oleh: Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim

Saudaraku tercinta…
Pokok-pokok segala kebaikan adalah engkau mengetahui bahwa apa saja yang dikehendaki oleh Allah, niscaya akan terwujud dan apa saja yang tidak dikehendaki oleh-Nya, niscaya tidak akan pernah terwujud, sehingga yakinlah pada saat ini bahwa segala kebaikan adalah karunia dari-Nya, maka kita dapat mensyukuri-Nya dan tunduk kepada-Nya dengan harapan semoga kebaikan tersebut tidak pernah terhenti darimu. Adapun kejelekan adalah siksaan dari-Nya, maka berdo’alah agar engkau terhalang darinya dan berdo’alah agar Allah tidak menyerahkanmu kepada dirimu sendiri dalam melakukan kebaikan dan juga meninggalkan kejelekan.[1]

Ketika Ibrahim bin Ad-ham ditanya, “Bagaimana keadaanmu?” Beliau menjawab:
Kita menambal dunia kita dengan menyobek-nyobek agama, akhirnya agama tidak tersisa dan tidak ada dunia yang tertambal.
Kebahagiaanlah bagi orang yang lebih menghadap Allah sebagai Rabb-nya, dan berderma dengan dunia untuk hari yang akan datang.

Sesungguhnya di antara tanda-tanda cinta kepada dunia adalah mencintai ahli dunia (orang kaya), menjilat mereka, saling mencintai, dan tidak mengingkari terhadap kemunkaran mereka. Sufyan ats-Tsauri memperkuat ungkapan tersebut dengan perkataan-nya, “Sungguh aku mengetahui seseorang mencintai dunia dari penyerahan dirinya kepada penduduk dunia.”[2]

Lihatlah seorang fakir yang shalih dan selalu menjaga kehormatannya… orang yang mencintai dunia sama sekali tidak mau berbicara dengannya. Bahkan jika mengucapkan salam pun, dia mengucapkannya dengan salam yang penuh dengan rasa takut bahwa kefakirannya akan menular kepadanya… sebuah salam yang hanya diucapkan dengan ujung jari dan pertanyaan akan keadaannya pun diucapkan dengan muka yang masam tanpa adab.

Wahai saudaraku! Lihatlah ke sebelah kanan bagaimana mereka semua berdiri? Mereka semua menyambut siapa yang datang? Ternyata yang datang adalah penduduk dunia, orang kaya, yaitu orang-orang yang penuh dengan dinar dan dirham… walaupun kenyataannya mereka sama sekali tidak sholat.

Bahkan mungkin saja telinga mereka tuli, hidung mereka tersumbat, dan perbuatan mereka sangat buruk. Akan tetapi lihatlah perbedaan antara orang yang jika bersumpah kepada Allah, maka keinginannya itu akan dikabulkan, kenapa mereka tidak menanyakannya jika dia tidak ada atau sebaliknya? Bandingkanlah ia dengan seseorang yang sama sekali tidak sebanding dengan satu sayap lalat pun disisi Allah, bagaimana mereka semua menyambutnya? Itulah dunia….

Ketahuilah sesungguhnya dunia itu tidak kekal dan manusia hanyalah berita bagi mereka yang hidup setelahnya.

‘Abdullah bin ‘Aun berkata, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kita menyempatkan kehidupannya untuk dunia dengan sisa hidupnya untuk akhirat, sedangkan kalian menyempatkan kehidupan kalian untuk akhirat dengan sisa hidup kalian untuk dunia.”[3]

Saudaraku sesama muslim!
Sesungguhnya umur dunia itu sangatlah pendek dan orang yang paling kaya di dalamnya adalah orang yang fakir. Aku melihatmu seakan-akan berada di halaman kematian, bau pengasingan telah kucium sebelum engkau melakukan perjalanan. Aku melihat tanda keyatiman pada diri seorang anak sebelum ayahnya meninggal, karena itu bangunlah dari lingkaran kelalaian! Berhati-hatilah dari sikap mabuk terhadap dunia dan hilangkanlah kecintaan akan dunia pada dirimu, karena seorang hamba jika me-mejamkan matanya dan pergi, maka dia akan mengharapkan untuk kembali. Lalu dikatakan kepadanya, “Sama sekali tidak mungkin.”[4]

Suatu hari dalam kehidupan manusia dunia itu akan pergi, sedangkan akhirat akan datang… sesuatu yang sebelumnya jauh akan menjadi dekat… dan sesuatu yang engkau lihat dari orang-orang yang telah pergi meninggalkan dunia akan dilihat pula oleh orang yang hidup dalam dirimu sendiri… kematian yang tiba-tiba atau penyakit yang menyerang… atau engkau berada di atas tempat tidur, dan tak lama kemudian engkau dalam kelalaian dibawa ke kuburan… semuanya adalah pelajaran yang dapat disaksikan, sedangkan kita tertidur.

Celakalah bagi orang yang mencari dunia fana, padahal apa yang dia lakukan seakan-akan hanyalah mimpi.
Yang jernih darinya keruh, yang indah darinya mencelakakan, yang aman darinya adalah tipuan dan cahayanya adalah kegelapan.
Masa mudanya adalah tua, kesenangannya adalah sebuah kesengsaraan, kenikmatannya adalah sebuah kesengsaraan dan adanya adalah sebuah ketiadaan.

Ahli dunia tidak akan sadar dari kekerasannya, walaupun dia memiliki apa yang dikumpulkan oleh Iram (suatu bangsa).
Tinggalkanlah ia dan janganlah engkau condong kepada kemegahannya, karena sesungguhnya ia adalah sebuah kenikmatan di balik kesengsaraan.
Dan bekerjalah engkau untuk sebuah alam kenikmatan yang tidak ada akhir, tidak akan ada mati dan masa tua yang ditakuti di dalamnya.[5]

Abu Hazim berkata, “Barangsiapa yang mengenal dunia, niscaya dia tidak akan senang dengan kemegahan yang ada di dalamnya dan tidak akan bersedih dengan bencana yang ada di dalamnya.”

‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu berkata, “Siapa yang menyatukan enam hal dalam dirinya, berarti dia tidak meninggalkan satu jalan pun menuju Surga dan satu pintu pun untuk lari dari Neraka.

(1) Orang yang mengenal Allah dan mentaati-Nya,
(2) Orang yang mengenal syaitan dan menjauhinya,
(3) Orang yang mengenal kebenaran dan mengikutinya,
(4) Orang yang mengenal kebathilan dan menjaga diri darinya,
(5) Orang yang mengenal dunia dan menolaknya, dan
(6) Orang yang mengenal akhirat dan mencarinya.”[6]

Berbaik sangka terhadap hari-hari adalah sesuatu yang melemahkan, maka berburuk sangkalah kepadanya dan tumbuhkanlah rasa takut.

Hal ini -saudaraku yang mulia- sebagaimana yang diungkapkan oleh Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah, beliau berkata, “Masuk ke dalam dunia sangatlah mudah sedangkan keluar darinya sangatlah dahsyat (sulit).” [7]

Keluar dari dunia adalah sebuah hembusan nafas yang dapat terhenti… beberapa saat yang sangat sulit… pada waktu itu ruh dicabut dengan satu kali cabutan, walaupun untuk sebagian orang keluarnya (ruh) itu mudah, maka sesungguhnya lari di belakang dunia dan terengah-engah di belakang kehidupan yang materialitis akan menimbulkan hati yang tercabik-cabik dan menjadikan hati tersebut dipenuhi dengan kegalauan juga kegoncangan jiwa.

Aku melihat dunia di tangan orang-orang yang mendapatkannya, semakin banyak dunia itu, maka semakin banyak pula kecemasannya.

Ia menghinakan orang yang memuliakannya dengan nilai nol, dan memuliakan orang yang menghinakannya.

Jika engkau tidak membutuhkan sesuatu, maka ting-galkanlah ia, dan ambillah sebanyak yang engkau butuhkan.[8]

Saudaraku tercinta…
Jadilah kalian termasuk anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia (tamak terhadapnya), karena sesungguhnya anak akan selalu mengikuti ke mana ibunya pergi. Sedangkan dunia sama sekali tidak sebanding dengan ayunan langkahmu sedikit pun, maka bagaimana engkau bisa berlari di belakangnya?[9]

Gibaskanlah tanganmu dari dunia dan penghuninya karena bumi telah digali dan banyak orang yang telah mati.[10]

Isteri Hubaib bin Muhammad berkata, “Dia (Hubaib) berkata, ‘Jika aku mati hari ini, maka bawalah aku kepada si fulan agar dia yang memandikanku, lakukanlah hal ini dan buatlah ini.’” Lalu isterinya ditanya, “Apakah hal tersebut merupakan mimpi?” Dia menjawab, “Itu adalah perkataannya setiap hari.”[11]

Saudaraku… . Jika semua orang selalu membutuhkan dunia, maka engkau harus merasa butuh kepada Allah. Jika mereka berbahagia dengan dunia, maka engkau harus berbahagia dengan beribadah kepada Allah. Jika mereka merasa senang dengan orang yang mereka cintai, maka engkau harus merasa senang bersama Allah. Dan jika mereka selalu mendekati raja-raja dan para pembesar mereka serta mendekat kepada mereka agar mendapatkan kedudukan dan kemuliaan, maka kenalilah dan mendekatlah engkau kepada Allah, niscaya engkau akan mendapatkan puncak dari kemuliaan dan kedudukan.[12]

‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah di dalam khutbahnya berkata, “Setiap perjalanan membutuhkan bekal, maka bekalilah diri kalian dengan ketakwaan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat. Jadilah seperti orang yang benar-benar diancam dengan siksa Allah sehingga kalian merasa takut dan berharap. Dan janganlah merasakan tenggang waktu yang masih panjang sehingga hati menjadi keras dan akhirnya kalian tunduk kepada musuh, karena sesungguhnya panjang angan-angan diperuntukkan bagi orang yang tidak tahu bahwa dia tidak akan menemukan waktu sore ketika dia berada di waktu pagi, dan bagi orang yang tidak tahu bahwa dia tidak akan menemukan waktu pagi ketika dia ada di waktu sore, padahal kematian sebenarnya telah ditetapkan baginya waktu itu. Ketenangan hanyalah didapatkan oleh orang yang meyakini bahwa dirinya akan selamat dari siksa Allah dan keadaan yang menakutkan pada hari Kiamat. Adapun orang yang tidak mengobati dirinya dari penyakit dunia, maka setiap kali dia tertimpa sesuatu bencana, niscaya dia akan mendapatkan luka dari arah lainnya. Jika demikian, bagaimana dia bisa tenang? Aku berlindung kepada Allah dari sikap memerintahkan kalian dengan sesuatu yang dilarang kepada diriku sendiri yang akhirnya diriku akan merugi dan tampaklah kemiskinan diri ini pada suatu hari, yang tidak berharga pada hari itu kecuali kebenaran dan kejujuran.”[13]

Wahai yang lalai akan kematian dan yang telah tertipu dengan angan-angan, engkau akan meninggalkan sesuatu yang sedikit.

Engkau ingin menyusul mereka tanpa bekal yang engkau persembahkan, sesungguhnya orang-orang fakir ketika mereka bersiap siaga akan sampai kepada yang diinginkannya.

Janganlah engkau condong kepada dunia dan kemegahannya, karena sesungguhnya engkau akan meninggalkan dunia yang fana.

Engkau berharap besok akan tiba kemudian setelah besok, dan banyak sekali orang yang memiliki dasar dikhianati oleh angan-angan.

Inilah masa mudamu yang keindahannya telah pergi, tidak ada lagi setelah masa mudamu, tidak ada permainan dan juga perdebatan. Bagaimana kamu berhujjah dengan dunia sedangkan dia telah menebarkan kesehatan, bagi penghuninya sedangkan di dalamnya adalah penyakit.[14]

Muhammad bin Abi ‘Imran berkata, “Aku mendengar Hatim al-‘Asham ditanya oleh seseorang, ‘Atas dasar apa Anda bertawakkal dalam masalah ini?’ beliau menjawab, ‘Atas empat hal: aku tahu bahwa rizkiku tidak akan dimakan oleh seseorang, karena itu hatiku tenang. Aku tahu bahwa amalku tidak akan pernah dilakukan oleh seseorang, karena itu aku sibuk dengannya. Aku tahu bahwa kematian akan datang dengan tiba-tiba, karena itu aku mempersiapkannya. Dan aku tahu bahwa aku selalu ada di dalam pengawasan Allah, karena itu aku malu kepada-Nya.’”

Orang yang pergi ke timur dan barat menyangka bahwa orang asing,walaupun mereka mulia sebenarnya mereka adalah hina. Lalu aku menjawab mereka, sesungguhnya orang asing jika bertakwa, bagaikan penunggang yang pergi dengan mulia.[15]

‘Abdullah Ibnul Mubarak rahimahullah berkata, “Wahai manusia! Persiapkanlah diri kalian untuk kehidupan akhirat, taatilah Allah sesuai dengan kebutuhanmu kepada-Nya, dan bencilah Allah sesuai dengan kesabaranmu di dalam Neraka. ”

Mahasuci Engkau ya Allah, Rabb kami, aku sama sekali tidak dapat menghitung pujian untuk-Mu, Engkau sesuai dengan yang Engkau puji atas diri-Mu, kami berbuat maksiat karena kebodohan kami dan Engkau memaafkan kami dengan kasih sayang-Mu.

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menggambarkan kehidupan seorang mukmin di dunia ini dengan ungkapannya, “Seorang mukmin di dunia berada dalam keadaan cemas dan sedih… yang ada dalam benaknya hanyalah bekal di perjalanan. Siapa saja yang berada di dunia dengan hati seperti itu, maka tidak ada yang menyibukkannya kecuali menyiapkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya ketika kembali ke negeri asalnya. Dia tidak akan pernah ingin berlomba dengan penduduk asli yang asing baginya dalam mendapatkan kedudukan (kemuliaan), tidak pula merasa takut dengan kedudukan yang rendah di hadapan mereka.”[16]

Sesungguhnya dunia adalah alam yang fana, sama sekali tidak akan kekal. Sesungguhnya dunia itu hanya bagaikan rumah, yang dianyam oleh laba-laba.[17]

Wahib bin al-Ward rahimahullah berkata, “Jagalah dirimu dari sikap mencela iblis secara terang-terangan di hadapan orang lain, sedangkan engkau adalah temannya ketika menyendiri.”

Inilah iblis dan jiwa yang selalu memerintahkan keburukan dan hawa nafsu, semuanya telah melabuhkan kapal-kapalnya untuk menghalangi seorang muslim dari agamanya dan menghiasinya dengan kesulitan, mereka semua bekerja di dunia ini hanya untuk menghalangi seorang muslim dari kebenaran dan menghiasinya dengan kemaksiatan.

[Disalin dari kitab Ad-Dun-yaa Zhillun Zaa-il, Penulis ‘Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim, Edisi Indonesia Menyikapi Kehidupan Dunia Negeri Ujian Penuh Cobaan, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
__________
Footnotes
[1]. Al-Fawaa-id, hal. 127.
[2]. Hilyatul Auliyaa’ (VII/37).
[3]. Shifatush Shafwah (III/101).
[4]. ‘Iddatush Shaabiriin, hal. 329
[5]. Mukaasyafatul Quluub, hal. 329.
[6]. Al-Ihyaa’ (III/221).
[7]. Ibid (III/224).
[8]. Ibid (II/344).
[9]. Al-Fawaa-id, hal. 68.
[10]. Syadzaraatudz Dzahab (III/388).
[11]. Shifatush Shafwah (III/320).
[12]. Al-Fawaa-id, hal. 152.
[13]. Al-Bidaayah wan Nihaayah (IX/283).
[14]. At-Tabshirah (I/49).
[15]. Syadzaraatudz Dzahab (VI/349).
[16]. Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, hal. 379.
[17]. Asy-Syaafi’i, hal. 54.
Courtesy of almanhaj.or.id

Thursday, March 11, 2010

Sumber Kemaksiatan

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

Sumber segala bentuk kemaksiatan yang besar ataupun yang kecil ada tiga: ketergantungan hati kepada selain Allah, memperturutkan kekuatan angkara murka, dan mengumbar kekuatan nafsu syahwat. Wujudnya adalah syirik, kezaliman, dan perbuatan-perbuatan keji. Puncak ketergantungan hati kepada selain Allah adalah kemusyrikan dan menyeru sesembahan lain sebagai sekutu bagi Allah. Puncak memperturutkan kekuatan angkara murka adalah terjadinya pembunuhan. Adapun puncak mengumbar kekuatan nafsu syahwat adalah terjadinya perzinaan.



Oleh sebab itu Allah subhanahu memadukan ketiganya dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan orang-orang yang tidak menyeru bersama Allah sesembahan yang lain, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali apabila ada alasan yang benar, dan mereka juga tidak berzina.” (QS. al-Furqan: 68).



Ketiga jenis dosa ini saling menyeret satu dengan yang lainnya. Syirik akan menyeret kepada kezaliman dan perbuatan keji, sebagimana halnya keikhlasan dan tauhid akan menyingkirkan kedua hal itu dari pemiliknya (ahli tauhid). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demikianlah, Kami palingkan darinya -Yusuf- keburukan dan perbuatan keji, sesungguhnya dia termasuk kalangan hamba pilihan Kami (yang ikhlas).” (QS. Yusuf: 24)



Yang dimaksud dengan ‘keburukan’ (as-Suu’) di dalam ayat tadi adalah kerinduan (‘isyq), sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan keji (al-fakhsya’) adalah perzinaan. Maka demikian pula kezaliman akan bisa menyeret kepada perbuatan syirik dan perbuatan keji. Sesungguhnya syirik itu sendiri merupakan kezaliman yang paling zalim, sebagaimana keadilan yang paling adil adalah tauhid. Keadilan merupakan pendamping bagi tauhid, sementara kezaliman merupakan pendamping syirik.



Oleh sebab itulah, Allah subhanahu memadukan kedua hal itu. Adapun yang pertama -keadilan sebagai pendamping tauhid- adalah seperti yang terkandung dalam firman Allah (yang artinya), “Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- kecuali Allah, demikian juga bersaksi para malaikat dan orang-orang yang berilmu, dalam rangka menegakkan keadilan.” (QS. Ali Imran: 18).

Adapun yang kedua -kezalimaan sebagai pendamping syirik- adalah seperti yang terkandung dalam firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya syirik merupakan kezaliman yang sungguh-sungguh besar.” (QS. Luqman: 13).



Sementara itu, perbuatan keji pun bisa menyeret ke dalam perbuatan syirik dan kezaliman. Terlebih lagi apabila keinginan untuk melakukannya sangat kuat dan hal itu tidak bisa didapatkan selain dengan menempuh tindakan zalim serta meminta bantuan sihir dan setan.



Allah subhanahu pun telah memadukan antara zina dan syirik di dalam firman-Nya (yang artinya), “Seorang lelaki pezina tidak akan menikah kecuali dengan perempuan pezina pula atau perempuan musyrik. Demikian juga seorang perempuan pezina tidak akan menikah kecuali dengan lelaki pezina atau lelaki musyrik. Dan hal itu diharamkan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nur: 3).



Ketiga perkara ini saling menyeret satu dengan yang lainnya dan saling mengajak satu sama lain. Oleh sebab itu, setiap kali melemah tauhid dan menguat syirik pada hati seseorang maka semakin banyak perbuatan keji yang dilakukannya, kemudian semakin besar pula ketergantungan hatinya kepada gambar-gambar -yang terlarang- serta semakin kuat pula kerinduan yang menggelayuti hatinya terhadap gambar/rupa tersebut…

(diterjemahkan dari al-Fawa’id, hal. 78-79- abumuslih.com)

Wednesday, March 10, 2010

Blacklist : Mereka yang Terlaknat dalam Islam

Abu Al-Jauzaa'

1. Iblis

Allah ta’ala berfirman :

قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ * قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ * وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

“Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya laknat itu tetap menimpamu sampai hari kiamat" [QS. Al-Hijr : 33-35].

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ * قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ * َخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ * قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ * وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

“Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya laknat-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan" [QS. Shaad : 75-78].

2. Orang Kafir

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ * خَالِدِينَ فِيهَا لا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh” [QS. Al-Baqarah : 161-162].

إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا * خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka), mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong” [QS. Al-Ahzaab : 64-65].

3. Orang-Orang Kafir dari Bani Israail (Yahudi)

Allah ta’ala berfirman :

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ * كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [QS. Al-Maaidah : 78-79].

4. Orang Dhaalim yang Berdusta Atas Nama Allah

Allah ta’ala berfirman :

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

“Dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang dhalim” [QS. Huud : 18].

Dan kedhaliman yang paling besar adalah menyekutukan Allah ta’ala :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang sangat besar" [QS. Luqman : 13].

5. Orang yang Menyakiti Allah dan Rasul-Nya

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan” [QS. Al-Ahzaab : 57].

Orang yang menyakiti Allah itu seperti mereka yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, Termasuk juga tuduhan Yahudi bahwa Allah ta’ala itu kikir; sebagaimana firman-Nya :

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ

“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki” [QS. Al-Maaidah : 64].

Maksud tangan Allah terbelenggu adalah kikir.

Adapun menyakiti Rasul-Nya itu seperti tuduhan kaum munafiqin bahwa ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa telah berzina. Juga tuduhan kaum kuffar bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tukang sihir, orang gila, dan hinaan-hinaan lainnya sebagaimana dilakukan juga dilakukan oleh kaum kuffar kontemporer[1]

6. Orang yang Berbuat Kerusakan di Muka Bumi dan Memutuskan Silaturahim/Hubungan Kekeluargaan

Allah ta’ala berfirman :

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ * أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” [QS. Muhammad : 22-23].

Tentang orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, Allah ta’ala berfirman tentang hukuman yang diterapkan kepada mereka di dunia :

إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar” [Al-Maaidah : 33].

عن جبير بن مطعم، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لا يدخل الجنة قاطع رحم.

Dari Jubair bin Muth’im, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahim” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5984, Muslim no. 2556, Ahmad 4/80 & 83 & 84, Abu Dawud no. 1696, At-Tirmidziy no. 1909, ‘Abdurrazzaq no. 20238, Al-Humaidiy no. 557, Ibnu Hibbaan no. 454, dan yang lainnya].

7. Orang-Orang yang Merusak Janji Allah

Allah ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)” [QS. Ar-Ra’d : 25].

إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji-(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih” [QS. Aali ‘Imraan : 77].

8. Orang yang Menyembunyikan Ilmu

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].

عن أبي هريرة قال : قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "من سئل عن علمٍ فكتمه ألجمه اللّه بلجام من نارٍ يوم القيامة".

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang ditanya tentang satu ilmu lalu menyembunyikannya, niscaya Allah akan mengikatnya dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3658, At-Tirmidziy no. 2649, Ath-Thayalisiy no. 2534, Ibnu Abi Syaibah 9/55, Ahmad 2/263 & 305 & 344 & 353 & 499 & 508, Ibnu Maajah no. 261, Ibnu Hibbaan no. 95, Al-Haakim 1/101, Al-Baghawiy no. 140, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/411].

9. Para Pemimpin dan Pembesar yang Menyesatkan Umat

Allah ta’ala berfirman :

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا * وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا * رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar" [QS. Al-Ahzaab : 66-68].

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لا يُنْصَرُونَ * وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ

“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah)” [QS. Al-Qashshash : 41-42].

عن حذيفة بن اليمان يقول : كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الخير. وكنت أسأله عن الشر. مخافة أن يدركني. فقلت: يا رسول الله! إنا كنا في جاهلية وشر. فجاءنا الله بهذا الخير. فهل بعد هذا الخير شر؟ قال (نعم) فقلت: هل بعد ذلك الشر من خير؟ قال (نعم. وفيه دخن). قلت: وما دخنه؟ قال (قوم يستنون بغير سنتي. ويهدون بغير هديي. عرف منهم وتنكر). فقلت: هل بعد ذلك الخير من شر؟ قال (نعم. دعاة على أبواب جهنم. من أجابهم إليها قذفوه فيها)......

Dari Hudzaifah bin Al-Yamaan, ia berkata : Orang-orang bertanya kepada Rasululah shallallaahu ’alaihi wa sallam tentang kebaikan. Adapun aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku. Aku bertanya : ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dulu berada di masa Jahiliyyah dan kejelekan. Lalu Allah mendatang kebaikan ini kepada kami. Apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan ?”. Beliau berkata : ”Ya”. Aku bertanya : ”Apakah setelah kejelekan itu ada kebaikan ?”. Beliau menjawab : ”Ya, namun padanya ada asap”. Aku bertanya : ”Apa asapnya ?”. Beliau menjawab : ”Satu kaum yang mengambil sunnah bukan dengan sunnahku dan mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. Engkau mengetahui mereka dan engkau ingkari”. Aku bertanya : ”Apakah setelah kebaikan itu ada kejelekan ?”. Beliau menjawab : ”Ya. Para da’i yang mengajak ke pintu-pintu neraka. Barangsiapa yang menyambut seruan mereka, akan dilemparkan ke dalamnya (neraka).....” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1847].

10. Suami atau Istri yang Berdusta Saat Li’an

Allah ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ * وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ * وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ * وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ

“Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta, dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar” [QS. An-Nuur : 6-9].

11. Orang yang Menuduh Wanita Baik-Baik Telah Berzina Tanpa Bukti

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar” [QS. An-Nuur : 23].

وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik” [QS. An-Nuur : 4].

12. Orang yang Membunuh Seorang Muslim dengan Sengaja Tanpa Alasan yang Dibenarkan oleh Syari’at

Allah ta’ala berfirman :

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya” [QS. An-Nisaa’ : 93].

عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يحل دم امرئ مسلم يشهد أن لا إله إلا الله وأني رسول الله إلا بإحدى ثلاث النفس بالنفس والثيب الزاني والمفارق لدينه التارك للجماعة

Dari ‘Abdullah (Ibnu Mas’ud) radliyallaahu ’anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ”Tidak halal darah seorang Muslim yang bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bersaksi bahwasannya aku adalah utusan Allah kecuali karena salah satu dari tiga sebab, yaitu jiwa dengan jiwa (qishash), orang yang telah menikah yang berzina, dan orang yang keluar dari agamanya sekaligus meninggalkan Al-Jama’ah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 6878; Muslim no. 1676; Ahmad no. 3621, 4065, 4245; Abu Dawud no. 4352; An-Nasa’i no. 4016, dan Ibnu Majah 2534].

13. Orang yang Mendirikan Masjid di Atas Kuburan

عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه الذي لم يقم منه : "لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد " . قالت : فلو لا ذاك أبرز قبره غير أنه خُشي أن يتخذ مسجداً

Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit dan dalam keadaan berbaring : “Allah telah melaknat Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid”. Aku (‘Aisyah) berkata : “Kalau bukan karena takut (laknat) itu, niscaya kuburan beliau ditempatkan di tempat terbuka. Hanya saja beliau takut kuburannya itu akan dijadikan sebagai masjid” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 1330, Muslim no. 529, Ahmad 6/80 & 121 & 255, Ibnu Abi Syaibah 2/376, Abu ‘Awaanah 1/399, Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah no. 508, Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdaad 13/52 & 183, Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath no. 7730, dan yang lainnya].

عن الحارث النجراني قال : سمعت النبي صلى الله عليه وسلم قبل أن يموت بخمس وهو يقول : "ألا وإن من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم وصالحيهم مساجد ، ألا فلا تتخذوا القبور مساجد إني أنهاكم عن ذلك "

Dari Al-Harits An-Najrani dia bercerita : Aku pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wasiat lima hari sebelum wafat : “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kubur para Nabi mereka dan orang-orang shalih di antara mereka sebagai masjid. Maka, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesunguhnya aku melarang kalian melakukan hal tersebut” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/374-375; shahih sesuai persyaratan Muslim].

14. Wanita yang Terlalu Sering Berziarah ke Kubur

عن أبي هريرة ؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن زوارات القبور.

Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang sering berziarah ke kubur [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1056, Ath-Thayaalisiy no. 2358, Ahmad 2/337 & 356, Ibnu Maajah no. 1076, Abu Ya’laa no. 5908, Ibnu Hibbaan no. 3178, dan Al-Baihaqiy 4/78; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/537-538].

15. Orang yang Memberi dan Menerima Suap

عن عبد الله بن عمرو قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الراشي والمرتشي

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat orang yang memberi dan menerima suap” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1337, Ath-Thayaalisiy no. 2276, Al-Baghawiy dalam Ju’diyaat no. 2864, Ahmad 2/164 & 190 & 194 & 212, Abu Dawud no. 3580, Ibnu Maajah no. 2313, Ibnul-Jaaruud no. 586, Ibnu Hibbaan no. 5077, Al-Haakim 4/102-103, dan Al-Baihaqiy 10/138-139; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 2/69].

16. Orang yang Melakukan Nikah Tahliil

عن عبد الله بن مسعود قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم المحل والمحلل له

Dari ‘Abdullah bin Mas’uud ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat al-muhillu (laki-laki yang menikahi seorang wanita dengan tujuan agar wanita tersebut dibolehkan menikah kembali dengan mantan suaminya yang telah menjatuhkan talak tiga padanya) dan al-muhallal lahu (laki-laki yang menyuruh laki-laki lain/al-muhillu untuk menikahi mantan istrinya agar mantan istrinya tersebut dibolehkan untuk ia nikahi kembali)” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1120, Ibnu Abi Syaibah 4/290 & 8/300 & 14/190, Ahmad 1/448 & 462, Ad-Daarimiy no. 2263 & 2538, An-Nasaa’iy 6/149, Abu Ya’laa no. 5350, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir no. 9878, dan Al-Baihaqiy 7/208; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/569].

عن نافع أنه قال جاء رجل إلى عمر رضى الله تعالى عنهما فسأله عن رجل طلق امرأته ثلاثا فتزوجها أخ له من غير مؤامرة منه ليحلها لأخيه هو تحل للأول قال لا الا نكاح رغبة كنا نعد هذا سفاحا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم وآله وسلم

Dari Naafi’ bahwasannya ia berkata : “Pernah ada seorang laki-laki mendatangi Ibnu ‘Umar seraya bertanya tentang hukum seorang laki-laki yang telah menthalaq tiga istrinya, lalu mantan istrinya dinikahi oleh saudara laki-lakinya tanpa kesepakatan apapun dengannya, akan tetapi dengan maksud untuk menghalalkan wanita tersebut untuk dinikahi oleh mantan suaminya. Apakah wanita tersebut benar-benar halal dinikahi oleh mantan suaminya ? Ibnu ‘Umar menjawab : ‘Tidak, kecuali jika ia (saudara laki-laki mantan suami) benar-benar menikahinya karena suka. Di masa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam kami menganggap perbuatan tersebut (yaitu nikah tahliil) sebagai perzinaan” [Diriwayatkan oleh Al-Haakim 2/199 dan Al-Baihaqiy 7/208; Al-Haakim berkata : ‘Shahih sesuai persyaratan Al-Bukhariy dan Muslim, namun keduanya tidak mengeluarkannya].

17. Istri yang Menolak Ajakan Suaminya Tanpa Alasan yang Dibenarkan oleh Syari’at

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِذَا دَعَا اَلرَّجُلُ اِمْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِيءَ , لَعَنَتْهَا اَلْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, namun ia menolak untuk datang; maka para malaikat melaknatnya (si istri) hingga waktu shubuh”.

Dalam riwayat lain :

انَ اَلَّذِي فِي اَلسَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

“Yang ada di langit murka kepadanya hingga suaminya ridla memaafkannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 5193 dan Muslim no. 1436].

18. Pencuri

عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (لعن الله السارق، يسرق البيضة فتقطع يده، ويسرق الحبل فتقطع يده).

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Allah melaknat seorang pencuri yang mencuri telur, kemudian dipotong tangannya, lalu mencuri tali dan dipotong tangannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6783 dan Muslim no. 1687].

Allah ta’ala berfirman tentang hukuman bagi seorang pencuri :

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالا مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ * فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Maaidah : 38-39].

عن عائشة : قال النبي صلى الله عليه وسلم: تقطع اليد في ربع دينار فصاعداً.

Dari ‘Aaisyah : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Dipotong tangan (seorang pencuri) karena (mencuri) seperempat dinar atau lebih” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6789 dan Muslim no. 1684].

19. Pelaku Riba

Allah ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” [QS. Ali ‘Imran : 130].

عن جابر، قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم آكل الربا، وموكله، وكاتبه، وشاهديه، وقال: هم سواء.

Dari Jaabir, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, penulisnya (bagian administrasi), dan dua orang saksinya. Mereka itu semua sama” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1598].

عن أبي هريرة؛ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الربا سبعون حوبا. أيسرها أن ينكح الرجل أمه.

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallllaahu ‘alaihi wa sallam : “Riba itu terdiri dari tujuhpuluh cabang dosa. Yang paling ringan dosanya adalah seperti seseorang yang menikahi ibunya sendiri” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 2274; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Ibni Maajah 2/240].

20. Wanita yang Menampakkan Auratnya yang Semestinya Ditutup

عن عبد الله بن عمر يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول سيكون آخر أمتي نساء كاسيات عاريات على رؤوسهن كأسنمة البخت إلعنوهن فإنهن ملعونات

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada akhir umatku kelak akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka terdapat bongkol (punuk) onta. Laknatlah mereka, karena sesungguhnya mereka adalah terlaknat” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Ash-Shaghiir no. 1125; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Jilbaab Mar’atil-Musliimah hal. 125. Lihat juga Ash-Shahiihah no. 1326].

Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

أراد -صلى الله عليه وسلم- النساء اللواتي يلبسن من الثياب الشيء الخفيف الذي يصف ولا يستر فهن كاسيات بالاسم عاريات في الحقيقة

“Yang dimaksudkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian tipis yang dapat mensifati (apa yang terletak di balik kain – yaitu kulit dan lekukan tubuh) lagi tidak menutupi. Mereka itu memang diistilahkan berpakaian, namun hakekatnya telanjang” [Dinukil oleh As-Suyuuthiy dalam Tanwiirul-Hawaalik 3/103 – melalui perantara Jilbaab Mar’atil-Muslimah, hal. 125-126].

21. Laki-Laki yang Menyerupai Wanita dan/atau Wanita yang Menyerupai Laki-Laki

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم المشتبهين من الرجال بالنساء والمشتبهات من النساء بالرجال.

Dari Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5885].

عن عبد الله بن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة العاق لوالديه والمرأة المترجلة والديوث

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ada tiga orang yang tidak akan dilihat Allah ‘azza wa jalla pada hari kiamat : Orang yang durhaka pada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lak-laki, dan dayuts” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy 5/80, Ahmad 3/134, Abu Ya’laa no. 5556, Al-Haakim 1/72 & 4/146-147, Al-Baihaqiy 10/226, dan Al-Bazzaar no. 1876 (Kasyful-Astaar); dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan An-Nasaa’iy 2/216].

22. Orang yang Menampar-Nampar Pipi, Mengoyak Baju, dan Berteriak-Teriak Ketika Tertimpa Musibah

عن أبي أمامة ؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن الخامشة وجهها، والشاقة جيبها، والداعية بالويل والثبور.

Dari Abu Umaamah : “Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang merusak wajahnya, mengoyak-ngoyak bajunya, dan meraung-raung sambil mengutuk dan mencela diri” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 1585, Ibnu Hibbaan no. 3156, Ibnu Abi Syaibah 3/290, dan Ath-Thabaraniy dalam Al-Kabiir no. 759 & 775; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Ibni Maajah 2/40].

عن عبدالله، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "ليس منا من ضرب الخدود. أو شق الجيوب. أودعا بدعوى الجاهلية

Dari ‘Abdullah bin Mas’uud, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar-nampar pipi, mengoyak-ngoyak baju, dan berteriak-teriak/meratap dengan ratapan Jaahiliyyah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 1294 dan Muslim no. 103].

23. Peminum Khamr, Penuangnya, Penjualnya, Pembelinya, dan Semua yang Terlibat Padanya

عن ابن عمر يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لعنت الخمر على عشرة أوجه: بعينها، وعاصرها، ومعتصرها، وبائعها، ومبتاعها، وحاملها، والمحمولة إليه، وآكل ثمنها، وشاربها، وساقيها

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Telah dilaknat khamr dalam sepuluh sisi : khamr itu sendiri, pemerasnya (pembuatnya), yang meminta diperaskan, penjualnya, pembelinya, pembawanya, yang meminta dibawakan kepadanya, yang memakan hasil penjualannya, peminumnya, dan penuangnya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 3380 dan Abu Dawud no. 3674; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Ibnu Maajah 3/144-145].

24. Laki-Laki yang Menggauli Istrinya pada Duburnya (Liwath/Sodomi)

عن عقبة بن عامر : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لعن الله الذين يأتون النساء في محاشهن.

Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah melaknat orang-orang yang mendatangi istrinya pada dubur mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kaamil 4/1466 dan Al-‘Uqailiy dalam Adl-Dlu’afaa’ 3/84; dihasankan Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Aadaabuz-Zifaaf, hal. 105].

عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من أتى حائضا أو امرأة في دبرها أو كاهنا: فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Barangsiapa yang mendatangi (menggauli) wanita yang sedang haidl atau mendatangi pada duburnya, dan mendatangi dukun; sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3904, At-Tirmidziy no. 135, An-Nasa’iy dalam Al-Kubraa 10/124, Ibnu Majah no. 639, Ahmad 2/408 & 476, Ibnul-Jarud no. 107, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/94].

25. Homoseks dan Lesbian

Allah ta’ala berfirman :

فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ * مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ

“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim” [QS. Huud : 82-83].

عن ابن عباس : أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : .... ولعن الله من عَمِل عمل قوم لوط، ولعن الله من عَمِلَ عمل قوم لوط، ولعن الله من عَمِلَ عمل قوم لوط

Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “….Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luuth (homoseks/lesbian), Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luuth, dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luuth” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/309 & 317, Abu Ya’laa no. 2539, dan Ibnu Hibbaan no. 4417; Asy-Syaikh Al-Arna’uth mengatakan dalam Takhriij Musnad Ahmad 5/26 bahwa sanad hadits ini jayyid].

26. Orang yang Sengaja Menyesatkan Orang Buta di Jalan

عن ابن عباس : أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : ...ولعن الله من كمه الأعمى عن السبيل....

Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “…Dan Allah melaknat orang yang sengaja menyesatkan orang buta dari jalan…” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/309 & 317, Abu Ya’laa no. 2539, dan Ibnu Hibbaan no. 4417; Asy-Syaikh Al-Arna’uth mengatakan dalam Takhriij Musnad Ahmad 5/26 bahwa sanad hadits ini jayyid].

27. Budak yang Menisbatkan Diri pada Selain Tuannya

عن ابن عباس : أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : ...ولعن الله من تولى غير مواله.....

Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “…Dan Allah melaknat budak yang menisbatkan diri selain pada tuannya…” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/309 & 317, Abu Ya’laa no. 2539, dan Ibnu Hibbaan no. 4417; Asy-Syaikh Al-Arna’uth mengatakan dalam Takhriij Musnad Ahmad 5/26 bahwa sanad hadits ini jayyid].

عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من تولى قوما بغير إذن مواليه، فعليه لعنة الله والملائكة. لا يقبل منه عدل ولا صرف.

Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Budak manapun yang menisbatkan diri pada satu kaum tanpa seijin tuannya. Baginya laknat dari Allah dan para malaikat, tidak diterima darinya tebusan dan ganti rugi apapun” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1508].

28. Orang yang Menggauli Binatang (Beastiality)

عن ابن عباس : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ....ملعون من وقع على بهيمة.....

Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “….Terlaknat orang yang menggauli binatang….” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/317 dan Al-Baihaqiy 8/233-234; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Musnad Ahmad 5/83 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih At-Targhiib no. 2421].

عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من أتى بهيمة فاقتلواه واقتلواها معه

Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa menggauli binatang, maka bunuhlah ia dan binatang yang bersamanya (yang digaulinya)” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4464, At-Tirmidziy no. 1455, Abu Ya’laa no. 2462, Al-Baghawiy no. 2593, Ibnu Hazm dalam Al-Muhallaa 11/387, Al-Baihaqiy 8/233, Ad-Daaruquthniy 3/126-127, Al-Haakim 4/356, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 3/73-74].

29. Orang yang Melaknat Kedua Orang Tuanya

عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : لعن الله من لعن والده......

Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya…..” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إن من أكبر الكبائر أن يلعن الرجل والديه). قيل: يا رسول الله، وكيف يلعن الرجل والديه؟ قال: (يسب الرجل أبا الرجل، فيسب أباه، ويسب أمه فيسب أمه).

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Sesungguhnya termasuk dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya’. Dikatakan : ‘Wahai Rasulullah, bagaimana bisa seseorang melaknat kedua orang tuanya ?’. Beliau menjawab : ‘Ia mencela ayah orang lain, kemudian orang itu membalas mencela kedua orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain, lalu orang itu membalas mencela ibunya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5973 dan Muslim no. 90].

30. Orang yang Menyembelih untuk Selain Allah

Allah ta’ala berfirman :

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" [QS. Al-An’aam : 162-163].

عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : ....ولعن الله من ذبح لغير الله.......

Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “….. Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah….” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].

31. Orang yang Melindungi Pelaku Kejahatan

عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : .... ولعن الله من آوى محدثا.....

Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “… Allah melaknat orang yang melindungi pelaku kejahatan….” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].

32. Orang yang Melakukan Kejahatan dan Melindungi Pelaku Kejahatan di Tanah Haram

عن علي رضي الله عنه : ما عندنا كتاب نقرؤه إلا كتاب الله غير هذه الصحيفة، قال: فأخرجها، فإذا فيها أشياء من الجراحات وأسنان الإبل، قال: وفيها: (المدينة حرم ما بين عير إلى ثور، فمن أحدث فيها حدثاً، أو آوى محدثاً، فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين، لا يقبل منه يوم القيامة صرف ولا عدل. .......

Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib (ia berkata) : “Kami tidak memiliki kitab bacaan selain Kitabullah yang termaktub dalam lembaran ini” Kemudian ia (‘Aliy) mengeluarkan lembaran tersebut, dan ternyata di dalamnya disebutkan tentang panduan qishash atas luka-luka dan batasan onta-onta yang boleh digunakan sebagai pembayaran diyat. Di dalamnya juga termaktub : “Kota Madinah adalah tanah Haram mulai dari bukit ‘Air sampai Tsaur. Barangsiapa melakukan kejahatan di dalamnya atau melindungi kejahatan atau, maka atasnya laknat Allah, para malaikat, dam seluruh manusia. Tidak diterima darinya ganti rugi dan tebusan apapun di hari kiamat…” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 6755 dan Muslim no. 1370].

33. Orang yang Melanggar/Mengkhianati Perjanjian dengan Seorang Muslim

عن علي رضي الله عنه : ما عندنا كتاب نقرؤه إلا كتاب الله غير هذه الصحيفة، قال: فأخرجها، فإذا فيها أشياء من الجراحات وأسنان الإبل، قال: وفيها : ...... فمن أخفر مسلماً فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين. لا يقبل منه يوم القيامة صرف ولا عدل

Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib (ia berkata) : “Kami tidak memiliki kitab bacaan selain Kitabullah yang termaktub dalam lembaran ini” Kemudian ia (‘Aliy) mengeluarkan lembaran tersebut, dan ternyata di dalamnya disebutkan tentang panduan qishash atas luka-luka dan batasan onta-onta yang boleh digunakan sebagai pembayaran diyat. Di dalamnya juga termaktub : “……Barangsiapa melanggar/mengkhianati perjanjian dengan seorang muslim, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya ganti rugi dan tebusan apapun di hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 6755 dan Muslim no. 1370].

عن عبد الله بن عمر يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (إن الغادر ينصب الله له لواء يوم القيامة. فيقال: ألا هذه غدرة فلان).

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya seorang pengkhianat akan Allah pancangkan baginya bendera/panji di hari kiamat kelak. Maka akan dikatakan : Ini adalah pengkhianatan si Fulan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6178 dan Muslim no. 1735].

34. Orang yang Merubah Tanda Batas Tanah

عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : ..... ولعن الله من غير منار الأرض.

Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “….Dan Allah melaknat orang yang merubah tanda batas tanah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].

عن يعلى بن مرة الثقفي يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من أخذ أرضا بغير حقها كلف ان يحمل ترابها إلى المحشر

Dari Ya’laa bin Murrah Ats-Tsaqafiy, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang mengambil satu jengkal tanah tanpa haknya, maka ia akan dibebani untuk memikul tanah yang ia rampas itu di padang mahsyar” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/173, Ath-Thahawiy dalam Al-Musykiil no. 6150, serta Ath-Thabaraniy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 285 dan Al-Kabiir 22/690; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhriij Musnad 29/110].

35. Orang yang Mencaci-Maki Shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Allah ta’ala berfirman :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [Al-Fath : 29].

عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من سب أصحابي فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين.

Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang mencaci-maki shahabatku, maka baginya laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh malaikat” [lihat Silsilah Ash-Shahiihah, 5/446 no. 2340].

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم: لا تسبوا أصحابي، فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا، ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه

Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah kalian mencela para shahabatku. Sekiranya seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, tidaklah akan menyamai satu mudd yang diinfakkan oleh mereka, bahkan tidak pula setengahnya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3674, Muslim no. 2541, Ahmad 3/11, Abu Dawud no. 4658, At-Tirmidziy no. 3860, dan Abu Ya’laa no. 1171 & 1198].

36. Wanita yang Menyambung Rambutnya, Bertato, Mencukur Alisnya, dan Merenggangkan Giginya untuk Kecantikan

عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم لَعَنَ اَلْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ , وَالْوَاشِمَةَ َالْمُسْتَوْشِمَةَ

Dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa : “Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta disambungkan rambutnya, serta wanita yang membuat tato dan meminta ditato” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5940 dan Muslim no. 2124].

عن عبد الله : (لعن الله الواشمات والمستوشمات، والمتنمصات، والمتفلجات للحسن، المغيرات خلق الله تعالى). ما لي لا ألعن من لعن النبي صلى الله عليه وسلم، وهو في كتاب الله: {وما آتاكم الرسول فخذوه}. إلى: {فانتهوا}.

Dari ‘Abdullah (bin Mas’uud), ia berkata : “Allah melaknat wanita yang membuat tato dan meminta ditato, yang mencabut bulu alisnya, dan yang merenggangkan giginya untuk kecantikan dengan cara merubah ciptaan Allah. Mengapa aku tidak melaknat orang yang telah dilaknat oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan hal itu tercantum dalam Kitabullah : ‘Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5931 dan Muslim no. 2125].

37. Orang yang Buang Hajat di Tengah Jalan atau Tempat Berteduh Manusia

عن أبي هريرة؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : "اتقوا اللعانين" قالوا: وما اللعانان يا رسول الله؟ قال "الذي يتخلى في طريق الناس أو في ظلهم".

Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Berhati-hatilah kalian dua hal yang terlaknat”. Para shahabat bertanya : “Apa dua hal terlaknat itu wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Orang yang buang hajat di tengah jalan atau di tempat berteduh manusia” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 269].

عن مُعاذ بن جبل قال : قال رسول اللّه صلى الله عليه وسلم: "اتّقُوا الملاعن الثّلاثة: البراز في الموارد، وقارعة الطّريق، والظّلّ".

Dari Mu’aadz bin Jabal, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Berhati-hatilah kalian terhadap tiga hal yang dapat mendatangkan laknat : buang hajat di mawaarid (jalan/saluran air), di tengah jalan, dan di tempat berteduh manusia” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 26, Ibnu Maajah no. 328, Al-Haakim 1/167, dan Al-Baihaqiy 1/97; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/19].

38. Pelukis atau Perupa

عن عون بن أبي جحيفة قال: رأيت أبي اشترى عبدا حجاما فأمر بمحاجمه فكسرت، فسألته، فقال: نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن ثمن الكلب، وثمن الدم، ونهى عن الواشمة والموشومة، وآكل الربا وموكله، ولعن المصور.

Dari ‘Aun bin Abi Juhaifah, ia berkata : “Aku melihat ayahku membeli seorang budak tukang bekam. Lalu ia menyuruhnya mengambil alat-alat bekamnya lalu mematahkannya. Aku bertanya kepadanya perihal perbuatan itu. Ia berkata : “Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil jual beli anjing, dan hasil jual beli darah. Beliau juga melarang wanita yang membuat tato dan meminta ditato, pemakan riba dan pemberi makan riba. Dan beliau pun melaknat tukang lukis (gambar)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 2086, Ahmad 4/308 & 309, Ibnu Hibbaan no. 5852, dan Abu Ya’laa no. 890].

عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن أشد الناس عذابا يوم القيامة المصورون

Dari ‘Abdullah (bin Mas’uud), ia berkata : telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya manusia yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah para penggambar” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 5950, Muslim no. 2109, Ahmad 1/375, Al-Humaidiy no. 117, dan yang lainnya].

39. Orang yang Menahan Zakat

Allah ta’ala berfirman :

...وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ * الَّذِينَ لا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ

“….Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan (Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat” [QS. Fushshilat : 6-7].

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الأحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ * يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu" [QS. At-Taubah : 34-35].

عن ابن مسعود قال : آكل الربا وموكله وكاتبه وشاهداه إذا علموا به والواشمة والمستوشمة للحسن ولاوي الصدقة والمرتد أعرابيا بعد هجرته ملعونون على لسان محمد صلى الله عليه وسلم يوم القيامة

Dari Ibnu Mas’uud, ia berkata : “Pemakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya, dua orang saksinya jika ia mengetahuinya, tukang tato, yang minta ditato untuk kecantikan, orang yang menahan shadaqah, dan orang ‘Arab baduwi yang murtad setelah hijrah; mereka semua terlaknat melalui lisan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 3252, Ahmad 1/409 & 430 & 464-465, An-Nasaa’iy 8/147, Ibnu Khuzaimah no. 2250, dan Al-Baihaqiy 9/19; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Shahih Ibni Hibbaan 8/44-45].

40. Orang Murtad

عن ابن مسعود قال : ..... والمرتد أعرابيا بعد هجرته ملعونون على لسان محمد صلى الله عليه وسلم يوم القيامة

Dari Ibnu Mas’uud, ia berkata : “….dan orang ‘Arab baduwi yang murtad setelah hijrah; mereka semua terlaknat melalui lisan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 3252, Ahmad 1/409 & 430 & 464-465, An-Nasaa’iy 8/147, Ibnu Khuzaimah no. 2250, dan Al-Baihaqiy 9/19; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Shahih Ibni Hibbaan 8/44-45].

عن ابن عباس قال: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (لا تعذبوا بعذاب الله). ولقتلتهم، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم: (من بدل دينة فاقتلوه).

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Janganlah menyiksa dengan siksaan Allah’. Dan niscaya aku juga akan bunuh mereka sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa yang menukar agamanya, maka bunuhlah ia” [HR. Al-Bukhaariy no. 3017, Abu Dawud no. 4351, At-Tirmidzi no. 1458, ‘Abdurrazzaaq no. 9413 & 18706, Al-Humaidiy no. 533, Ibnu Abi Syaibah 10/139 & 143, Ahmad 1/217 & 219 & 282, Abu Ya’laa no. 2532, dan yang lainnya].

41. Orang yang Menisbatkan Diri Selain pada Nasab Ayah Kandungnya

عن ابن عباس؛ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((من انتسب إلى غير أبيه، أو تولى غير مواليه، فعليه لعنة الله و الملائكة، و الناس أجمعين)).

Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang menisbatkan diri selain dari ayahnya atau budak yang memberikan wala’ selain pada tuannya, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 2609, Ahmad 1/328, Abu Ya’laa no. 2540, Ibnu Hibbaan no. 417, dan Ath-Thabaraniy no. 12475; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Musnad Ahmad 5/163].

عن أبي ذر؛ أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ليس من رجل ادعي لغير أبيه وهو يعلمه، إلا كفر. ومن ادعى ما ليس له فليس منا. وليتبوأ مقعده من النار.

Dari Abu Dzarr : Bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang laki-laki yang mendakwakan diri selain pada ayah (kandung)-nya sedangkan ia dalam keadaan mengetahui, melainkan ia telah kafir…” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 3508 dan Muslim no. 61].

42. Orang yang Mengacung-Acungkan Senjata Tajam pada Saudaranya yang Muslim

عن أبي هريرة يقول : قال أبو القاسم صلى الله عليه وسلم "من أشار إلى أخيه بحديدة، فإن الملائكة تلعنه. حتى يدعه وإن كان أخاه لأبيه وأمه".

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Abul-Qaasim shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang mengacung-acungkan senjata tajam kepada saudaranya, maka sesungguhnya para malaikat akan melaknatnya hingga ia meletakkannya. Meskipun (orang yang diacung-acungi itu adalah) saudara kandungnya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2616].

عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "لا يشير أحدكم إلى أخيه بالسلاح. فإنه لا يدري أحدكم لعل الشيطان ينزع في يده. فيقع في حفرة من النار".

Dari Abu Hurairah : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah salah seorang di antara kalian mengacung-acungkan senjatanya kepada saudaranya. Karena salah seorang di antara kalian tidak tahu barangkali syaithan merebut senjata itu dari tangannya, yang kemudian (dengan itu) ia dijebloskan ke dalam satu lembah di neraka” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7072 dan Muslim no. 2617].

43. Orang yang Mencap Wajah dengan Besi Panas

عن جابر. قال : نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الضرب في الوجه، وعن الوسم في الوجه.

Dari Jaabir, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memukul di bagian wajah dan mengecap dengan besi panas di bagian wajah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2116].

عن جابر ؛ أن النبي صلى الله عليه وسلم مر عليه حمار قد وسم في وجهه. فقال (لعن الله الذي وسمه).

Dari Jaabir : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berpapasan dengan seekor keledai yang dicap dengan besi panas di wajahnya. Maka beliau bersabda : “Allah melaknat orang yang melakukannya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2117].

44. Orang yang Menghalang-Halangi Hukum Qishash

عن ابن عباس قال : قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "من قتل في عمِّيَّا أو رمِّيَّا يكون بينهم بحجرٍ أو بسوطٍ فعقله عقل خطأ، ومن قتل عمداً فقود يديه، فمن حال بينه وبينه فعليه لعنة اللّه والملائكة والناس أجمعين".

Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa terbunuh dan tidak diketahui siapa pembunuhnya, atau tewas karena lemparan batu atau cambuk; maka tebusannya seperti tebusan pembunuhan yang dilakukan dengan tidak sengaja. Barangsiapa dibunuh dengan sengaja, maka pelakunya harus diqishash. Barangsiapa yang menghalang-halangi hukman qishash itu, maka ia akan dilaknat oleh Allah, para malaikat, dan seluruh manusia” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4591, An-Nasaa’iy 8/40, dan Ibnu Maajah no. 2635; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 3/113].

45. Pencuri Kain Kafan di Kuburan

عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن المختفي والمختفية

Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa : “Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki dan wanita yang mencuri kain kafan (di kuburan)” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy 8/270; dishahihkan olh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 2148].

46. Orang yang Mengikat Hewan Lalu Dijadikan Sasaran Anak Panah

عن سعيد بن جبير قال : خرجت مع ابن عمر من منزله فمررنا بفتيان من قريش نصبوا طيرا يرمونه وقد جعلوا لصاحب الطير كل خاطئة من نبلهم قال فلما رأوا ابن عمر تفرقوا فقال ابن عمر من فعل هذا لعن الله من فعل هذا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن من اتخذ شيئا فيه الروح غرضا.

Dari Sa’iid bin Jubair, ia berkata : Aku keluar bersama Ibnu ‘Umar dari tempat kediamannya. Lalu kami melewati beberapa orang pemuda Quraisy yang sedang mengikat seekor burung untuk melemparinya dengan panah. Mereka membayar setiap bidikan yang meleset kepada pemilik burung. Saat melihat Ibnu ‘Umar, mereka pun bubar. Ibnu ‘Umar berkata : “Siapa yang melakukan ini ? Allah melaknat orang yang melakukan ini. Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran anak panah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 5515, Muslim no. 1958, Abu ‘Awaanah 5/195, Ahmad 2/56, An-Nasaa’iy 7/238, Abu Ya’laa no. 5652, Al-Baihaqiy 9/334, dan yang lainnya].

47. Orang yang Menyiksa Binatang

عن بن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال لعن الله من مثل بالحيوان

Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Allah melaknat orang yang menyiksa binatang” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/238 & 2/43 & 2/103, An-Nasaa’iy 7/238, Ibnu Hibbaan no. 5617, Al-Haakim 4/234, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam takhrij Shahih Ibni Hibbaan 12/434].

Alhamdulillah selesai…… Semoga ada manfatnya…
[abul-jauzaa’, perumahan ciomas permai ].

Ibarat Mengukir di Atas Batu

Oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Bintu ‘Imran

Usia kanak-kanak adalah masa keemasan dalam kehidupan seseorang. Segala yang dipelajari dan dialami pada masa ini –dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala– akan membekas kelak di masa dewasa. Tak heran bila di kalangan pendahulu kita yang shalih banyak kita dapati tokoh-tokoh besar yang kokoh ilmunya, bahkan dalam usia mereka yang masih relatif muda. Dari kalangan sahabat, ada ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhum, dan banyak lagi. Kalangan setelah mereka, ada Sufyan Ats-Tsauri, Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafi’i, dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumullah. Begitulah memang. Dari sejarah kehidupan mereka kita bisa melihat, mereka telah sibuk dengan ilmu dan adab semenjak usia kanak-kanak. Jadilah –dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala– apa yang mereka pelajari tertanam dalam diri dan memberikan pengaruh terhadap pribadi.

Demikian yang diungkapkan oleh ‘Alqamah rahimahullahu:



مَا حَفِظْتُ وَأَنَا شَابٌّ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ فِي قِرْطَاسٍ أَوْ وَرَقَةٍ



“Segala sesuatu yang kuhafal ketika aku masih belia, maka sekarang seakan-akan aku melihatnya di atas kertas atau lembaran catatan.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/304) Bahkan ayah ibu mereka berperan dalam mengarahkan dan membiasakan anak-anak untuk menyibukkan diri dengan ilmu agama sejak dini dan menghasung mereka untuk mempelajari adab.



Muhammad bin Sirin rahimahullahu mengatakan:



كَانُوا يَقُوْلُوْنَ: أَكْرِمْ وَلَدَكَ وَأَحْسِنْ أَدَبَهُ



“(Para pendahulu kita) mengatakan: ‘Muliakanlah anakmu dan perbaikilah adabnya!’.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/308)

Senada dengan ini, Ibnul Anbari rahimahullahu mengatakan pula:



مَنْ أَدَّبَ ابْنَهُ صَغِيْرًا قَرَّتْ عَيْنُهُ كَبِيْرًا



“Barangsiapa mengajari anaknya adab semasa kecil, maka akan menyejukkan pandangannya ketika si anak telah dewasa.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/306)

Dari kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu contohnya. Beliau selalu menyertakan putranya, ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma di majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara orang-orang yang duduk di sana adalah orang-orang dewasa. Bahkan betapa inginnya ‘Umar agar putranya menjadi seorang yang terkemuka di antara para sahabat yang hadir di situ dari sisi ilmu. ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma menceritakan:



كُنَّا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: أَخْبِرْنِي بِشَجَرَةٍ تُشْبِهُ أَوْ كَالرَّجُلِ الْمُسْلِمِ لاَ يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا وَلاَ وَلاَ وَلاَ، تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ. قَالَ ابْنُ عُمَرَ: فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ وَرَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ لاَ يَتَكَلَّمَانِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ. فَلَمَّا لَمْ يَقُوْلُوْا شَيْئًا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: هِيَ النَّخْلَةُ. فَلَمَّا قُمْنَا قُلْتُ لِعُمَرَ: يَا أَبَتَاه، وَاللهِ لَقَدْ كَانَ وَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ. فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنْ تَكَلَّمَ؟ قَالَ: لَمْ أَرَكُمْ تَكَلَّمُوْنَ فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ أَوْ أَقُوْلَ شَيْئًا. قَالَ عُمَرَ: لَأَنْ تَكُوْنَ قُلْتَهَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا.



“Dulu kami pernah duduk di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bertanya pada kami, ‘Beritahukan kepadaku tentang sebatang pohon yang menyerupai atau seperti seorang muslim, tidak pernah gugur daunnya, tidak demikian dan demikian, selalu berbuah sepanjang waktu.’ Waktu itu terbetik dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tapi kulihat Abu Bakr dan ‘Umar tidak menjawab apa pun sehingga aku pun merasa segan untuk menjawabnya. Tatkala para sahabat tidak juga mengatakan apa pun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu pohon kurma.” Ketika kami bubar, kukatakan kepada (ayahku) ‘Umar, “Wahai Ayah, sebetulnya tadi terlintas di benakku bahwa itu pohon kurma.”“Lalu apa yang membuatmu tidak menjawab?” tanya ayahku. “Aku melihat anda semua tidak berbicara, hingga aku merasa segan pula untuk menjawab atau mengatakan sesuatu,” jawab Ibnu ‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Sungguh, kalau tadi engkau menjawab, itu lebih kusukai daripada aku memiliki ini dan itu!” (HR. Al-Bukhari no. 4698)



Lihat pula Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha yang menghasung putranya, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu untuk selalu melayani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di usia kanak-kanaknya. Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha mengantarkan anaknya memperoleh faedah besar berupa ilmu dan pendidikan dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah ketika aku berumur delapan tahun. Maka ibuku pun menggandengku dan membawaku menghadap beliau. Ibuku mengatakan pada beliau, “Wahai Rasulullah, tak seorang pun yang tersisa dari kalangan orang-orang Anshar, baik laki-laki maupun perempuan, kecuali telah memberikan sesuatu padamu. Sementara aku tidak mampu memberikan apa-apa kepadamu, kecuali putraku ini. Ambillah agar dia bisa membantu melayani keperluanmu.” Maka aku pun melayani beliau selama sepuluh tahun. Tak pernah beliau memukulku, tak pernah mencelaku maupun bermuka masam kepadaku.” (Siyar A’lamin Nubala’, 3/398)



Begitu pula ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, sepupu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baru belasan tahun umurnya ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, sementara sebelum itu dia banyak mengambil faedah ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mendapatkan doa beliau. ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengungkapkan, bagaimana inginnya dia mendapatkan ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:



رَقَدْتُ فِي بَيْتِ مَيْمُوْنَةَ لَيْلَةَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عِنْدَهَا لِأَنْظُرَ كَيْفَ صَلاَةَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِاللَّيْلِ



“Aku pernah tidur di rumah Maimunah1 pada malam ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermalam di sana untuk melihat bagaimana shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di waktu malam.” (HR. Al-Bukhari no. 698 dan Muslim no. 763)

Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, semangat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma untuk mencari ilmu tidaklah surut. Didatanginya para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ada pada saat itu untuk mendengarkan hadits dari mereka. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan tentang hal ini: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan waktu itu aku masih belia, aku berkata kepada salah seorang pemuda dari kalangan Anshar, ‘Wahai Fulan, mari kita bertanya pada para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan belajar dari mereka, mumpung mereka sekarang masih banyak!’ Dia menjawab, ‘Mengherankan sekali kau ini, wahai Ibnu ‘Abbas! Apa kau anggap orang-orang butuh kepadamu sementara di dunia ini ada tokoh-tokoh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang kaulihat?’ Aku pun meninggalkannya. Aku pun mulai bertanya dan menemui para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu ketika, aku mendatangi seorang sahabat untuk bertanya tentang suatu hadits yang kudengar bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata dia sedang tidur siang. Aku pun rebahan berbantalkan selendangku di depan pintunya, dalam keadaan angin menerbangkan debu ke wajahku. Begitu keadaanku sampai dia keluar. ‘Wahai putra paman Rasulullah, kenapa engkau ini?’ tanyanya ketika dia keluar. ‘Aku ingin mendapatkan hadits yang kudengar engkau menyampaikan hadits itu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku ingin mendengar hadits itu darimu,’ jawabku. ‘Mengapa tidak kau utus saja seseorang kepadaku agar nantinya aku yang mendatangimu?’ katanya. ‘Aku lebih berhak untuk datang kepadamu,’ jawabku. Setelah itu, ketika para sahabat telah banyak yang meninggal, orang tadi (dari kalangan Anshar tersebut, red.) melihatku dalam keadaan orang-orang membutuhkanku. Dia pun berkata padaku, ‘Engkau memang lebih berakal daripadaku’.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/310)



Dari kalangan setelah tabi’in, kita kenal Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu. Salah satu hal yang mendorong Sufyan Ats-Tsauri sibuk menuntut ilmu sejak usia dini adalah hasungan, dorongan, dan arahan ibunya agar Sufyan mengambil faedah dari para ulama, baik berupa ilmu maupun faedah yang didapatkan dengan duduk bersama mereka, hingga ilmu yang diperolehnya akan memiliki pengaruh terhadap akhlak, adab, dan muamalahnya terhadap orang lain. Ketika menyuruh putranya untuk hadir di halaqah-halaqah ilmu maupun majelis-majelis para ulama, ibunda Sufyan Ats-Tsauri berpesan, “Wahai anakku, ini ada uang sepuluh dirham. Ambillah dan pelajarilah sepuluh hadits! Apabila kaudapati hadits itu dapat merubah cara dudukmu, perilakumu, dan ucapanmu terhadap orang lain, ambillah. Aku akan membantumu dengan alat tenunku ini! Tapi jika tidak, maka tinggalkan, karena aku takut nanti hanya akan menjadi musibah bagimu di hari kiamat!” (Waratsatul Anbiya’, hal.36-37)



Begitu pula ibu Al-Imam Malik rahimahullahu, dia memerhatikan keadaan putranya saat hendak pergi belajar. Al-Imam Malik mengisahkan: “Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi untuk belajar.’ ‘Kemarilah!’ kata ibuku, ‘Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku mismarah (suatu jenis pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia juga pernah mengatakan, ‘Pergilah kepada Rabi’ah2! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’ (Waratsatul Anbiya’, hal. 39)



Biarpun dalam keadaan kekurangan, mestinya keadaan itu tidak menyurutkan keinginan orangtua untuk memberikan yang terbaik bagi sang anak. Lihat bagaimana ibu Al-Imam Asy-Syafi’i berusaha agar putranya mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang baik.

Diceritakan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu: “Aku adalah seorang yatim yang diasuh sendiri oleh ibuku. Suatu ketika, ibuku menyerahkanku ke kuttab3, namun dia tidak memiliki sesuatu pun yang bisa dia berikan kepada pengajarku. Waktu itu, pengajarku membolehkan aku menempati tempatnya tatkala dia berdiri. Ketika aku telah mengkhatamkan Al-Qur’an, aku mulai masuk masjid. Di sana aku duduk di hadapan para ulama. Bila aku mendengar suatu permasalahan atau hadits yang disampaikan, maka aku pun menghafalnya. Aku tak bisa menulisnya, karena ibuku tak memiliki harta yang bisa dia berikan kepadaku untuk kubelikan kertas. Aku pun biasa mencari tulang-belulang, tembikar, tulang punuk unta, atau pelepah pohon kurma, lalu kutulis hadits di situ. Bila telah penuh, kusimpan dalam tempayan (guci) yang ada di rumah kami. Karena banyaknya tempayan terkumpul, ibuku berkata, ‘Tempayan-tempayan ini membuat sempit rumah kita.’ Maka kuambil tempayan-tempayan itu dan kuhafalkan apa yang tertulis di dalamnya, lalu aku membuangnya. Sampai kemudian Allah memberiku kemudahan untuk berangkat menuntut ilmu ke negeri Yaman.” (Waratsatul Anbiya’, hal. 36)



Namun betapa mirisnya hati kita bila melihat anak-anak kaum muslimin sekarang ini. Dalam usia yang sama dengan para tokoh ini tadi, mereka tidak mempelajari ilmu agama ataupun memperbaiki adabnya. Akankah kita biarkan ini terus berlangsung?

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.(anakmuslim.wordpress)

1 Maimunah, istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah bibi Ibnu ‘Abbas, karena Maimunah adalah saudari Ummul Fadhl, ibu Ibnu ‘Abbas.

2 Al-Imam Rabi’ah rahimahullahu adalah guru Al-Imam Malik rahimahullahu.

3 Kuttab adalah tempat anak-anak kecil belajar baca-tulis Al-Qur’an, semacam TPA/Q di Indonesia

Friday, March 5, 2010

Waktu, Alangkah Berharganya Dirimu!

Berjam-jam membaca al-Qur’an sesuatu yang amat jarang kita lakukan. Berjam-jam mengikuti kajian kitab pun jarang kita lakukan. Berjam-jam membolak-balik kitab para ulama pun sulit untuk kita saksikan pada kebanyakan sosok pemuda muslim di jaman ini. Namun, berjam-jam di depan internet tanpa ada aktifitas yang jelas dan bermutu adalah sesuatu yang lumrah. Terlebih lagi dengan adanya facebook yang kini marak di dunia maya. Sungguh benar Allah ta’ala yang berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya semua orang benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. al-’Ashr : 1-3).



Perkembangan teknologi bukanlah sesuatu yang bisa disalahkan. Hanya saja, kebanyakan orang tidak bisa menggunakan produk kecanggihan teknologi itu dengan sebagaimana seharusnya. Cobalah kita ingat beberapa belas tahun yang silam, ketika televisi masih menjadi barang langka, ketika internet dan hape belum meluas sebagaimana sekarang. Niscaya akan kita dapati banyak kemungkaran yang dahulu jarang kita temukan terjadi secara terang-terangan ternyata pada jaman sekarang ini sudah menjadi barang yang biasa dan lumrah menghiasi PC, laptop, dan perangkat komunikasi para generasi muda. Allahul musta’an! Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah bak potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seorang masih beriman namun di sore harinya dia telah menjadi kafir.” Atau “Pada sore hari masih beriman namun di pagi harinya dia menjadi kafir.” “Dia rela menjual agamanya demi mendapatkan sekeping kesenangan dunia.” (HR. Muslim).

Saudaraku -semoga Allah menjaga diriku dan dirimu- waktu yang Allah berikan kepada kita merupakan nikmat yang sangat agung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah nikmat yang kebanyakan manusia terpedaya karena tidak bisa menggunakan keduanya dengan baik, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Hai anak Adam, sesungguhnya kamu adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap kali hari berlalu maka lenyaplah sebagian dari dirimu.” Ada orang yang mengatakan, “Waktu bagaikan pedang, kalau kamu tidak menebasnya -dengan kebaikan- maka dia akan menebasmu -dengan keburukan-.”



Hidup di dunia adalah sementara ya akhi…, untuk apa kita buang waktu kita dalam perkara-perkara yang sia-sia? Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah kalian mengira, bahwa Kami menciptakan kalian sia-sia belaka, dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS. al-Mukminun : 115). Allah juga berfirman (yang artinya), “Kemudian sesudah itu kalian juga akan mati, lantas kalian kelak akan dibangkitkan pada hari kiamat.” (QS. al-Mukminun : 15-16).

Setiap mukmin, ketika ditanya; untuk apa anda hidup? Niscaya selama akalnya masih waras akan menjawab; untuk beribadah kepada Allah. Benar-benar jawaban yang cerdas. Namun, ketika kita perhatikan dengan seksama aktifitas dan perilaku manusia di alam nyata dalam bentuk gerak-gerik mata, jari-jemari, tangan dan kakinya, di kala siang, sore atau malam hari, maka akan kita temukan realita yang berkebalikan seratus delapan puluh derajat dari jawaban yang mereka lontarkan. Mereka makan untuk memenuhi hawa nafsu. Mereka memandang untuk memenuhi hawa nafsu. Mereka berjalan untuk mencapai apa yang diinginkan oleh nafsu. Mereka begadang juga untuk memenuhi tuntutan hawa nafsu. Mereka buka mata dan telinga lebar-lebar pun untuk memenuhi keinginan hawa nafsu. Kita tidak sedang menyibukkan diri dengan membicarakan aib orang lain, namun yang kita bicarakan adalah aib-aib kita yang Allah sendirilah yang paling tahu betapa banyak aib kita di mata-Nya. Meskipun demikian, kita seperti orang yang masa bodoh dengan dosa-dosanya. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “Seorang mukmin akan melihat dosanya bagaikan sebuah bukit besar yang akan menimpa dirinya. Sedangkan seorang yang fajir akan melihat dosanya hanya seperti seekor lalat yang hinggap di depan hidungnya kemudian dia halau dengan jari dengan santainya.”



Subhanallah! Betapa jauhnya kita dengan akhlak salafus shalih. Ibnu Abi Mulaikah mengatakan, “Aku berjumpa dengan tiga puluh sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka semua merasa khawatir dirinya tertimpa kemunafikan.” Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Seorang mukmin akan memadukan di dalam dirinya antara ihsan/perbuatan baik dengan rasa takut. Sedangkan seorang yang munafik akan memadukan di dalam dirinya antara perbuatan jelek dengan rasa aman dari tertimpa hukuman.” Allahul musta’aan!



Di manakah posisi kita wahai saudaraku! Kita menisbatkan diri sebagai seorang pengikuti pemahaman salafus shalih- namun dalam prakteknya akhlak kita seperti akhlak orang-orang Arab Badui…!

Allah ta’ala berfirman tentang akhlak orang Arab Badui (yang artinya), “Orang Arab Badui itu lebih keras kekufuran dan kemunafikannya dan sangat wajar tidak memahami batasan-batasan (hukum) yang Allah turunkan kepada rasul-Nya…” (QS. at-Taubah : 97). Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Meskipun di kota maupun di pelosok/badui juga sama-sama terdapat orang kafir dan munafik, namun yang berada di pelosok itu biasanya lebih parah daripada yang hidup di kota. Salah satu buktinya adalah orang Arab badui/pelosok itu lebih rakus kepada harta dan lebih pelit terhadapnya.” (Taisir al-Karim ar-Rahman [1/457]).



Memang sebagian di antara mereka pun terdapat orang yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan di antara orang Arab Badui itu pun ada yang beriman kepada Allah dan hari akhir…” (QS. at-Taubah : 99). Oleh sebab itu mereka dicela bukan karena kebaduiannya, akan tetapi dikarenakan mereka meninggalkan perintah-perintah Allah, dan bahwasanya mereka adalah golongan orang yang sangat mudah terjerumus di dalamnya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [1/458]).



Maka apa bedanya mereka itu (baca: Arab badui yang ‘mbeling’) dengan sebagian di antara kaum muslimin pada hari ini yang begitu mudah meninggalkan perintah-perintah Allah serta menerjang larangan-larangan-Nya semata-mata dengan alasan “Ini kan jaman moderen, biasalah.” “Kita kan masih muda, ya wajar!”. Atau dengan mengatakan, “Dari dulu ya sudah kayak gini, masak tradisi warisan nenek moyang mau kita selisihi [?!]“. Atau dengan mengatakan, “Masak tiap hari disuruh pengajian, kita ‘kan juga butuh refreshing, menikmati dunia memangnya gak boleh?”. Atau, “Ah kamu ini sok suci. Jangan munafiklah!”. “Kamu sih, sukanya yang ekstrim-esktrim.” Dan seabrek bisikan syaitan lainnya. Laa haula wa laa quwwata illa billah!



Perhatikanlah wahai saudaraku -semoga Allah membimbingmu- sesungguhnya syaitan dan bala tentaranya tidak henti-henti berupaya untuk menjerumuskan umat manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya singgasana Iblis berada di atas lautan. Maka dia mengutus pasukan-pasukannya demi menyesatkan manusia. Bala tentaranya yang paling mulia kedudukannya di sisi Iblis adalah yang paling dahsyat menimbulkan kekacauan.” (HR. Muslim).



Suatu ketika, Aisyah radhiyallahu’anha mendapati suaminya yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya di suatu malam, maka Aisyah pun merasa cemburu. Setelah pulang, Nabi melihat kegelisahan yang ada padanya, lalu Nabi berkata, “Ada apa denganmu wahai Aisyah? Apakah kamu merasa cemburu?”. Aisyah mengatakan, “Bagaimana orang sepertiku tidak merasa cemburu kepada seorang suami yang seperti anda?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah syaitanmu telah mendatangimu?”. Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah bersamaku ada syaitan?”. Beliau menjawab, “Iya.” Lalu Aisyah berkata, “Apakah semua orang juga demikian?”. Beliau menjawab, “Iya.” Aisyah kembali bertanya, “Demikian juga anda wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Iya, hanya saja Allah telah membantuku untuk menundukkannya sehingga akhirnya dia pun masuk Islam.” (HR. Muslim).



Ketika dahulu para sahabat duduk bersama untuk berbicara dan menasehati dalam rangka menambah keimanan dan ketakwaan. Eee … pada hari ini sebagian dari kita justru berkumpul dan saling bahu membahu untuk memupuk kemaksiatan dan merontokkan tembok keimanan. Tidakkah kita ingat firman Allah ta’ala (yang artinya), “Pada hari kiamat itu nanti orang-orang yang saling berkasih sayang dan berteman akan berubah menjadi saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zukhruf : 67).

Maka, dengan andil besar dari syaitan dan bala tentaranya itulah, terbentuklah geng-geng, perkumpulan-perkumpulan, gerakan-gerakan, yang semuanya memiliki satu kecenderungan yang seragam yaitu bertekad bulat untuk mendurhakai ar-Rahman Sang penguasa kerajaan langit dan bumi. Dengan keyakinan mereka, mereka menanamkan bahwa kehidupan dunia adalah lahan untuk memuaskan hawa nafsu dan mengumbar kesombongan. Dengan ucapan mereka, mereka ingin mengelabui kaum muda bahwa tidak ada gunanya rajin-rajin menuntut ilmu agama, lebih baik sibuk dengan wawasan terkini dan meninggalkan al-Qur’an. Dengan sikap dan perbuatan mereka, mereka mengajak masyarakat dan para orang tua untuk bersama-sama menenggelamkan putra-putri mereka dalam pergaulan bebas tanpa batas, sehingga perbuatan keji pun dengan leluasa merajalela. Apakah maknanya ini semua, wahai saudaraku yang mulia… akankah kita biarkan kemungkaran itu terus merajalela dan merusak tunas-tunas bangsa?

Oleh sebab itu, seorang pemuda muslim yang masih menyimpan kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya hendaknya menanamkan tekad di dalam hatinya agar tidak ikut memperkeruh raut muka umat Islam masa kini di hadapan Rabb mereka.



Jadilah sebagaimana pemuda Ibrahim yang getol untuk memperjuangan tauhid dan memberantas syirik yang ada di masyarakatnya!

Jadilah sebagaimana para pemuda Kahfi yang beriman kepada Allah dan Allah pun berkenan menambahkan hidayah kepada mereka!

Jadilah sebagaimana Ali bin Abi Thalib yang sangat keras memusuhi musuh-musuh Islam yang berani melecehkan sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam!

Jadilah sebagaimana para pemuda Anshar yang berlomba-lomba untuk maju ke medan jihad demi mempertahankan agamanya!

Jadilah sebagaimana Uwais al-Qarani yang sangat berbakti kepada ibunya!



Saudaraku, salafuna as-shalih adalah orang-orang yang sangat pelit dengan waktunya dan paling gigih dalam menjaga lisan mereka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka itu mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisik-bisikan mereka? Sebenarnya Kami mendengar, dan para utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. az-Zukhruf : 80).



Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Tidak ada kebaikan di dalam kebanyakan perbincangan mereka kecuali orang yang menyuruh bersedekah, mengajak yang ma’ruf, atau mendamaikan di antara manusia.” (QS. an-Nisa’ : 114). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah satu tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya.” (HR. Tirmidzi, hasan). Sebagian orang bijak mengatakan, “Apabila kamu akan berbicara maka ingatlah bahwa Allah mendengar ucapanmu. Apabila kamu diam, maka ingatlah bahwa Allah juga selalu mengawasimu.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 152).



Ikhwah sekalian, tauhid bukan sekedar tulisan yang tergores di buku-buku. Tauhid bukan sekedar dihafal di dalam pikiran. Tauhid juga bukan sekedar slogan-slogan kosong tanpa makna. Tauhid yang bersemayam di dalam hati seorang insan tentu akan membuahkan amal nyata di dalam kehidupan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “..pokok keimanan itu tertanam di dalam hati yaitu ucapan dan perbuatan hati. Ia mencakup pengakuan yang disertai pembenaran dan rasa cinta dan ketundukan. Sedangkan apa yang ada di dalam hati pastilah akan tampak konsekuensinya dalam perbuatan anggota-anggota badan. Apabila seseorang tidak melakukan konsekuensinya maka itu menunjukkan bahwa iman itu tidak ada atau lemah [padanya]. Oleh karena itu maka amal-amal lahir itu merupakan konsekuensi dari keimanan di dalam hati. Ia merupakan pembuktian atas apa yang ada di dalam hati, tanda dan saksi baginya. Ia merupakan cabang dari totalitas keimanan dan bagian dari kesatuannya.…” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah [2/175] as-Syamilah, lihat juga Mujmal Masa’il al-Iman al-’Ilmiyah, hal. 15).



Ibnu Batthah rahimahullah (wafat tahun 387 H) menyebutkan riwayat dari Umair bin Habib radhiyallahu’anhu, dia mengatakan, “Iman itu bertambah dan berkurang.” Ada yang bertanya, “Apakah maksud pertambahan dan pengurangannya?”. Beliau menjawab, “Apabila kita mengingat Allah kemudian kita memuji dan menyucikan-Nya maka itulah pertambahannya. Dan apabila kita lalai dan melupakan-Nya maka itulah pengurangannya.” (al-Ibanah al-Kubra [3/153], lihat juga Fath al-Bari Ibnu Rojab [1/5] as-Syamilah).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Belumkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk dan takut hati mereka dengan mengingat Allah serta merenungkan kebenaran yang diturunkan (kepada mereka), dan janganlah mereka itu seperti orang-orang terdahulu yang diberikan kitab sebelum mereka, ketika masa yang panjang berlalu maka mengeraslah hati mereka, dan banyak di antara mereka yang menjadi orang-orang fasik.” (QS. al-Hadid : 16).



Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan celakan sedangkan bersama kami masih ada orang-orang salih?”. Maka beliau menjawab, “Iya, apabila perbuatan-perbuatan keji telah merajalela.” (HR. Muslim).

Demikianlah sekelumit pesan bagi saudara-saudaraku sekalian, para pemuda yang menginginkan kebahagiaan abadi di akherat nanti, bersama para bidadari dan pelayan-pelayan yang baik budi. Suatu hari di saat orang-orang lain tersiksa, ketika itu pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Rabbnya pun akan merasakan keteduhan di bawah naungan Arsy-Nya. Karena dia rela untuk meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsunya demi mendapatkan kecintaan Rabb alam semesta.



Allah ta’ala berfirman tentang surga (yang artinya), “Itulah yang balasan bagi orang-orang yang takut kepada Rabbnya.” (QS. al-Bayyinah : 8).



Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan memurnikan taubat kita agar benar-benar ikhlas karena-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Penerima taubat. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. (abumuslih.com)